Ibnu Khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan sehingga menjadi cakap dan professional”.
Bahasa arab, tentunya berbeda dengan bahasa kita, Indonesia. Dilihat dari segi manapun, baik dari struktur kata, struktur kalimat maupun sistem bahasa dan juga sistem budaya yang –sedikit banyak– mempengaruhi bahasa pasti akan ditemukan banyak perberbedaan. Disisi lain, sama halnya dengan bahasa asing lainnya, bahasa arab (juga) mempunyai beberapa keterampilan dasar, diantaranya adalah kemampuan dalam menyimak (maharah al-Istimaa’/listening competence), kemampuan dalam bebicara (maharah al-takallum/speaking competence), kemampuan dalam membaca (maharah al-qira’ah/reading competence) dan juga kemampuan dalam menulis (maharah al-kitabah/writing competence).
Pada tulisan kali ini, kita tidak akan membahas bahasa arab itu sendiri maupun bagaimana pengajaran bahasa arab yang baik dan benar, tentunya segala sesuatu mempunyai kelebihan dan seiring dengan itu pasti terdapat banyak kekurangan. Jadi, mari kita belajar bersama-sama. Belajar demi berkembangnya anak didik kita sehingga mereka siap untuk menerima amanah alih generasi bangsa yang akan datang.
Ada sebuah pepatah mengatakan, “everyone has their own way to do something” hal itu seiring dengan “every teacher has their own way to teach” atau “every pilot has their own way to fly the plane”. Tapi untuk kesemuanya itu tentu ada acuan baku dalam melakukan sesuatu, tentu ada sebuah instructional package yang “benar” untuk mengajar dan juga tentu ada instruksi dan aturan-aturan dalam menerbangkan pesawat agar tidak terjadi kecelakaan yang tentunya akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Aturan-aturan itu dibuat berdasarkan pengamatan dan penelitian dari pengalaman selama bertahun-tahun. Tapi tidak salah dan bisa saja menjadi sebuah intructional baru untuk kedepan jika kita merasa menemukan cara yang tepat dan mengena dalam melakukan sesuatu. Paling tidak, sebuah intructional untuk diri kita sendiri.
Mengajar bahasa asing, terutama bahasa arab, pada anak-anak usia kindergarten dan juga primary adalah hal yang gampang-gampang susah. Gampang karena mereka masih anak-anak dan susah karena mereka adalah anak-anak. Artinya, di usia mereka yang masih belia, apa yang mereka serap –insyaAllah– akan terus teringat sampai nanti mereka dewasa. Tapi disisi lain, perlu cara atau metode yang kreatif untuk memudahkan mereka menyerap ilmu tersebut, sekali lagi, karena mereka adalah anak-anak. Penggunaan metode tradisional/klasik (Thariiqatu al-Qawaid wa at-Tarjamah) maupun modern (at-Thariiqah al-Mubaasyarah) yang kita kenal dalam bahasa arab tentu masih akan kita temui hambatan-hambatan jika kita tidak menggunakan metode yang lain. Atau paling tidak menggunakan metode yang ada, misalnya penggunaan learning aid, dengan lebih kreatif.
Secara umum, memang terdapat beberapa prinsip dalam pengajaran bahasa arab. Diantaranya adalah prinsip prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip korelasi dan isi, dan sebagainya. Karena yang kita hadapi adalah anak-anak, maka perlu kita selipkan satu hal yang tidak kalah penting pada masing-masing prinsip tersebut, yaitu being creative teacher. At-Thariiqatu ahammu minal maadati, Wal Mudarrisu ahammu minat Thariiqati, Wa Ruuhul Mudarrisi ahammu min kulli syaiin. Metode lebih penting daripada materi yang disampaikan, Seorang pendidik (guru) lebih penting daripada metode itu sendiri, tapi Semangat dan kreatifitas guru lebih penting dari semuanya.
Metode sederhana yang kami gunakan di sekolah kami yang cukup berhasil bagi anak-anak adalah mendengar/menyimak dan berbicara terlebih dahulu sebelum memulai untuk mengenali tulisan (membaca .pen) dan kemudian menulis. Metode memang selalu berkembang dan fleksible sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Seperti halnya Rasulullah ketika menerima wahyu untuk yang pertama kali, beliau memulainya dengan mendengarkan dan membaca terlebih dahulu. Setiap anak pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan (motivasi) yang berbeda-beda, jadi motivasi dari orang tua dan guru juga sangat diharapkan. Setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan dan baru menuliskannya. Hal itu berarti bahwa kemampuan anak-anak dalam mendengar/menyimak dan menirukan ucapan harus lebih dahulu dibina, baru kemudian kemampuan membaca dan juga menulis.
Pembinaan mendengar (menyimak) dan berbicara (menirukan) ini bisa dilakukan melalui pengajarkan kalimat atau simple expression sebelum mengajarkan bahasa itu sendiri. Pengajaran dengan menggunakan bahasa yang akan dipakai anak-anak dalam kesehariannya akan memudahkan mereka untuk menyukai dan memahami bahasa arab itu sendiri. Misalkan, anak-anak diajari kalimat-kalimat perizinan dalam kelas, seperti:
dan sebagainya. Kalimat-kalimat tersebut harus diucapkan ketika mereka ingin pergi ke kamar mandi maupun ingin minum dan seterusnya. Dengan membiasakan mereka mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa arab maka hal itu akan tertanam dalam diri mereka dan lebih jauhnya akan tercipta bi’ah lughowiyah di sekolah kita.
أُرِيْدُ أَنْ أَذْهَبَ (الذِّهَابُ) إِلَـى الـحَمَّامِ , أُرِيْدُ أَنْ أَشْرَبَ
dan sebagainya. Kalimat-kalimat tersebut harus diucapkan ketika mereka ingin pergi ke kamar mandi maupun ingin minum dan seterusnya. Dengan membiasakan mereka mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa arab maka hal itu akan tertanam dalam diri mereka dan lebih jauhnya akan tercipta bi’ah lughowiyah di sekolah kita.
Selanjutnya, pengajaran dengan memberikan sesuatu yang berjenjang akan memudahkan mereka dalam mengingat. Seperti dalam dunia jurnalistik, harus ada PEG dalam sebuah artikel, harus ada PEG dalam pembelajaran agar anak-anak dapat menangkap dan mengingatnya dengan mudah. PEG dalam bahasa yang sederhana adalah “cantolan” atau “sandaran” atau “korelasi” antara satu paragraf dengan paragraf yang lain dalam sebuah artikel. Mengajarkan pergeseran dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui, dari yang global ke yang detail, dari yang konkrit ke yang abstrak dan berkesinambungan antara apa yang diberikan sebelumnya dengan apa yang akan diajarkan selanjutnya akan mempermudah anak didik kita dalam menyerap transformasi ilmu yang kita lakukan.
Pengajaran kosa-kata dengan mempertimbangkan aspek penggunaan bagi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mengena. Memberi contoh dengan hal-hal yang dekat dengan mereka seperti ruangan kelas, stationeries, lingkungan sekolah, teman, keluarga dan guru. Penggunaan learning aid seperti alat peraga maupun power point juga sangat dianjurkan. Mengajar dengan sesuatu yang berlawanan, seperti mengajarkan kata sifat; hitam-putih, bundar-persegi, luas-sempit, banyak sedikit dan sebagainya. Dan yang tidak kalah penting adalah memberikan motivasi untuk berekspresi dengan ekspresi wajah, anggota badan, lisan maupun tulisan agar mereka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran, merasa terlibat langsung dengan aktifitas yang sedang kita lakukan.
Terimakasih teman-teman, semoga bermanfaat.
0 komentar :
Post a Comment