a Page of Dhikr
Home » ; Hidup antara Musibah dan Nikmat

Hidup antara Musibah dan Nikmat

Written By Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimie on 01 October 2011 | October 01, 2011


Ujian. Begitulah kita, manusia, sering menyebut kedua hal diatas (musibah dan nikmat) yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Musibah adalah ujian bagi kita dan nikmat adalah (juga) ujian yang lain, tidak lebih dari itu. Namun masing-masing ujian yang diberikan kepada kita tentu ada maksud dan tujuannya. Allah tidak menciptakan dan menjadikan segala sesuatu dengan sia-sia. Musibah diberikan untuk menguji sampai mana kesabaran kita dan nikmat diberikan untuk menguji sejauh mana kita bersyukur.


Musibah dan nikmat, adalah dua kata yang mempunyai arti berbeda namun memiliki makna yang sama. Maka ada kalanya orang berpendapat bahwa musibah-Nya adalah nikmat-Nya yang lain, vice versa. Masing-masing mempunyai maksud yang sama ; kembali pada Tuhan yang maha Esa. Bagi orang yang beriman, baik musibah maupun nikmat, tidak akan membuatnya memalingkan diri dari Allah. Tapi bagi orang “abangan” musibah dapat menjadikan mereka putus asa dan kadangkala melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Begitu pula jika mereka mendapat nikmat, mereka akan lupa daratan, mereka lupa pada Tuhannya.

Maka ketika hidup hanyalah masalah musibah dan juga nikmat, maka pilihan-pun juga menjadi dua ; menjadi orang yang beriman atau menjadi orang yang “ingkar”. Apabila orang yang beriman mendapatkan musibah maka ia akan bersabar, dengan begitu ia akan mendapatkan pahala (yang lain) atas kesabarannya. Begitupula ketika ia mendapatkan nikmat, maka ia akan bersyukur dan tentunya mendapatkan pahala (yang lain pula) dari rasa syukurnya.

Sebaliknya, mari kita coba perhatikan orang yang ingkar. Apabila ia mendapat musibah, ia putus asa kemudian menyalahkan Allah, menyalahkan manusia dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia juga mendapatkan dosa atas sikapnya. Terlebih lagi jika sikap putus asa tersebut diikuti dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. Disisi lain, ketika ia mendapatkan nikmat dari-Nya, ia lalai, merasa bahwa hasil yang ia capai adalah jerih payahnya sendiri tanpa bantuan dari siapapun, bahkan Tuhan. Maka ia mendapatkan dosa atas kesombongannya.

Kedua ujian tersebut menghasilkan sesuatu yang sama bagi masing-masing pilihan. Pahala bagi mereka yang percaya (beriman), dan dosa bagi mereka yang ingkar. Maka pilihan disini akan menjadi sangat penting bagi kita. Apakah kita akan menghabiskan hidup kita dengan keingkaran, ataukah kita akan kembali pada-Nya dalam keimanan. Apapun yang menimpa kita, baik itu musibah maupun nikmat, mari kita kembalikan pada Dia yang (juga) telah menciptakan keduanya, dialah Allah swt. Bagaimana caranya? Dengan cara ikhlas dan bersabar atas musibah-Nya, dan bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Rasulullah saw. bersabda : “Innama ash-Shabru ‘inda ash-shadmatil Ula.” Bahwasanya kesabaran hanyalah ada pada pukulan yang pertama dari bala’. Artinya, yang dinamakan sabar itu adalah sikap ikhlas kita menerima musibah-Nya pada saat dimana kita mendapatkan musibah tersebut. Jika kita mengatakan, saya bersabar atas ketentuanmu ya Allah, setelah berlalunya waktu ketika ujian tersebut datang maka itu bukanlah sebenar-benarnya kesabaran.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang bersabar dan bersyukur. Semoga bermanfaat teman-teman. (Al-Hasyimie)



* Gambar diambil dari google

Share

Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimie

Berasal dari kota kecil nan indah di lereng gunung Lawu, Magetan. Bisa dihubungi melalui email: ahmad.elmagetany@gmail.com

0 komentar :

Post a Comment