a Page of Dhikr
Home » ; The secret of “Ngutang”

The secret of “Ngutang”

Written By ahmadhikr on 21 August 2017 | August 21, 2017


Suatu kebiasaan baru bagiku untuk bermalas-malasan dihari sabtu. Kebetulan, tempat dimana aku bekerja memang memberlakukan 2 hari weekend sebagai hari libur. Tapi yang namanya orang, bermalasan pun malah membuatku bosan. Finally, aku menggunakan hari sabtu sebagai hari yang unplanned dan unexpected. Yah, aku tidak mematok kegiatan yang rutin pada hari sabtu dan juga minggu. Jika sedang mood, aku akan pergi ke Solo maupun Surabaya. Mengunjungi teman-teman lama, mengikuti sebuah kegiatan seminar maupun hanya sekedar melepas rindu (sama kotanya maksudku, hee). Tapi jika ingin dirumah saja, paling-paling aku akan membaca buku dan juga mengetik beberapa tulisan di Laptop. Tapi satu hal yang pasti yang selalu kulakukan disetiap weekend bahkan hampir diseluruh weekend-ku; mencuci baju.

Hemm, belum nyambung dengan tema diatas yah? Okelah kalau begitu, begini ceritanya. Pada suatu sabtu (hee...) yang entah aku lupa kapan itu, yang jelas masih tahun ini, aku pergi ke salah satu toko buku di Madiun. Tidak jelas pula apa yang hendak aku cari, apalagi beli. Di toko itu pun aku hanya memutari ruangan dan berharap menemukan satu buku yang menarik, yah sebuah buku yang “menarik-narik” diriku untuk membelinya. Tapi hampir 60 menit disana, aku belum menemukan buku yang cocok. At last, ku putuskan untuk pulang saja.

Jarak ke pintu keluar masih sekitar 8 meter lagi ketika kakiku tiba-tiba tersandung sebuah buku diurutan paling bawah tumpukan karena belum dirapikan oleh para pegawainya. Lumayan sakit, jika kalian ingin mencobanya. Karena sedikit kesal kuambil buku itu. Rencananya, aku ingin tahu siapa pengarang buku itu yang membuatku harus tersandung, walaupun sebenarnya rada gak nyambung. Hemm, Miming Phang, nama pengarangnya. Kemudian ku lihat judul buku itu; The secret of Ngutang. Langsung saja hal itu membuatku bertanya-tanya ketika membaca kalimat terakhir judul buku tersebut; Ngutang??

Ada dua pertanyaan dalam otakku berkenaan dengan judul tersebut; rahasia hutang atau rahasia biar bisa ngutang (berhutang) yang banyak? Hemm, pikiranku lari kemana-mana. Sebelumnya, tulisan ini bukanlah resensi buku tersebut, bukan pula ringkasan atau ikhtisharnya karena pada dasarnya aku sendiri tidak punya buku itu dan juga tidak membacanya sampai selesai. Kembali ke Laptop. Kubaca penjelasan singkat yang berada disampul belakang buku. Karena tak mungkin kubaca semua lembar demi lembar buku tersebut dan aku juga tidak berniat membelinya akhirnya kubaca secara tidak berurutan dan kucari point-point penting yang ada dalam buku.

Secara garis besar, buku tersebut memberikan sebuah trik memanage hutang dengan semaksimal mungkin hingga bisa menjadikan hutang sebagai modal membangun bisnis secara cerdas. Dikisahkan ada seorang laki-laki bersama isterinya yang hidup dalam lilitan hutang yang tak kunjung habis, malah semakin besar dengan bunga-bunga yang tinggi. Setelah berembuk dengan isterinya, ia memberanikan diri berhutang pada bank. Setelah beberapa lama, akhirnya ia mulai kesulitan membayar cicilan hutangnya. Maka diputuskan untuk menjual rukonya dan segera melunasi hutangnya pada bank. Disaat itulah ia bertemu dengan seseorang yang sudah sukses yang justru menganjurkan ia untuk jangan melunasi hutangnya seketika dan menghimbau untuk menambah jumlah hutangnya pada bank.

Tentu saja hal itu membuat si lelaki dan isterinya bertambah pusing. Setelah beberapa hari berpikir, sang istri mengatakan sesuatu pada si suami, “ayo berhutang lagi pada bank dalam jumlah yang lebih besar”. Si suami tambah tidak mengerti dengan jalan pikiran sang istri. Bagaimana mungkin dengan hutang yang ada saja mereka sudah kesulitan, tapi malah mau berhutang dalam jumlah yang lebih besar. Kemudian sang istri mengatakan, “jika yang menganjurkan itu adalah orang yang sudah sukses maka kita harus berpikir sebagaimana cara dia (orang sukses) berpikir.” Disinilah buku itu memberikan motivasi dalam memanage hutang sehingga hutang tersebut tidak menjadikan kita jatuh ke jurang kehinaan tapi malah bisa mengangkat kita hingga akhirnya kita mampu membantu orang lain yang dalam kesusahan.

Maksud dari tulisan ini bukanlah promosi untuk melariskan buku tersebut. Disisi lain, sebenarnya ada banyak hal dalam buku tersebut yang aku sendiri tidak menyetujuinya. Every book has its own market, right? Sebagai catatan, anda boleh mempraktekkannya, hanya jika anda yakin bisa mengembangkan uang tersebut. Bukan asal Ngutang. Disisi lain, bicara lebih jauh mengenai hutang, rasanya tidak ada hal di zaman sekarang ini yang terlepas dari yang namanya hutang. Mungkin hanya redaksinya saja yang berbeda, seperti; angsuran, kredit, pinjaman dan sebagainya. Walaupun sebenarnya system atau kesepakatannya juga berbeda.

Jika anda adalah orang yang free, orang yang bersih dari hutang maka jangan sekali-kali berhutang tanpa pikir panjang. Seperti halnya maksiat yang selalu melahirkan maksiat, kebohongan yang selalu melahirkan kebohongan, jika kita tidak bisa menahan diri, maka hutang akan selalu melahirkan hutang yang lain. Gali lubang tutup lubang. Mungkin istilah tersebut cocok untuk menggambarkan keadaan ini. Tapi jika anda adalah orang yang “terlanjur” punya hutang, maka jangan menganggap hutang ini sebagai beban. Lho kok? Yup, jadikanlah hutang ini sebagai riyadhoh untuk selalu mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa. Kata Ustadz Yusuf Mansur, jika kita punya hutang maka kita akan selalu ingat kepada-Nya. Kita akan selalu memanjatkan do’a pada-Nya :  a’udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijaal. Alaisa kadzaalik ?

Bagiku, hutang –dalam perspektif apapun– membuat kita hina disiang hari dan melarat di malam hari. Walaupun dalam kenyataannya, aku sendiri pernah berhubungan dengan hal yang complicated tersebut. Namun, bagaimanapun juga, semoga Allah membantu kita melunasi hutang-hutang kita sebelum Ia mengambil nyawa kita. Karena hutang akan selalu dipertanyakan, bahkan sampai di akhirat kelak. Karena hal itu menyangkut hak saudara muslim kita. Jadi, inti dari the secret of Ngutang at least, in my opinion– adalah membuat kita sadar dan selalu ingat bahwa Allah selalu melindungi hak milik seorang muslim, Ia selalu melindungi hak-hak hambanya. Baik itu darah (qishas), kehormatan (syarat taubat), harta (hutang) dan sebagainya. Kata siapa Allah hanya melindungi hak orang lain, Ia juga selalu melindungi hak milik kita. Afalaa tatafakkaruun?

Terimakasih teman-teman, semoga bermanfaat. (Al-Hasyimie)

*gambar dari google



Share

ahmadhikr

Berasal dari kota kecil nan indah di lereng gunung Lawu, Magetan. Bisa dihubungi melalui email: ahmad.elmagetany@gmail.com

0 komentar :

Post a Comment