Suatu kebiasaan baru bagiku untuk bermalas-malasan
dihari sabtu. Kebetulan, tempat dimana aku bekerja memang memberlakukan 2 hari weekend
sebagai hari libur. Tapi yang namanya orang, bermalasan pun malah membuatku
bosan. Finally, aku menggunakan hari sabtu sebagai hari yang unplanned
dan unexpected. Yah, aku tidak mematok kegiatan yang rutin pada hari
sabtu dan juga minggu. Jika sedang mood, aku akan pergi ke Solo maupun
Surabaya. Mengunjungi teman-teman lama, mengikuti sebuah kegiatan seminar
maupun hanya sekedar melepas rindu (sama kotanya maksudku, hee). Tapi jika
ingin dirumah saja, paling-paling aku akan membaca buku dan juga mengetik
beberapa tulisan di Laptop. Tapi satu hal yang pasti yang selalu kulakukan
disetiap weekend bahkan hampir diseluruh weekend-ku; mencuci
baju.
Hemm, belum nyambung dengan tema diatas yah?
Okelah kalau begitu, begini ceritanya. Pada suatu sabtu (hee...) yang entah aku
lupa kapan itu, yang jelas masih tahun ini, aku pergi ke salah satu toko buku
di Madiun. Tidak jelas pula apa yang hendak aku cari, apalagi beli. Di toko itu
pun aku hanya memutari ruangan dan berharap menemukan satu buku yang menarik,
yah sebuah buku yang “menarik-narik” diriku untuk membelinya. Tapi hampir 60
menit disana, aku belum menemukan buku yang cocok. At last, ku putuskan untuk
pulang saja.
Jarak ke pintu keluar masih sekitar 8 meter lagi
ketika kakiku tiba-tiba tersandung sebuah buku diurutan paling bawah tumpukan
karena belum dirapikan oleh para pegawainya. Lumayan sakit, jika kalian ingin
mencobanya. Karena sedikit kesal kuambil buku itu. Rencananya, aku ingin tahu
siapa pengarang buku itu yang membuatku harus tersandung, walaupun sebenarnya
rada gak nyambung. Hemm, Miming Phang, nama pengarangnya. Kemudian ku lihat
judul buku itu; The secret of Ngutang. Langsung saja hal itu membuatku
bertanya-tanya ketika membaca kalimat terakhir judul buku tersebut; Ngutang??
Ada dua pertanyaan dalam otakku berkenaan dengan
judul tersebut; rahasia hutang atau rahasia biar bisa ngutang
(berhutang) yang banyak? Hemm, pikiranku lari kemana-mana. Sebelumnya, tulisan
ini bukanlah resensi buku tersebut, bukan pula ringkasan atau ikhtisharnya
karena pada dasarnya aku sendiri tidak punya buku itu dan juga tidak membacanya
sampai selesai. Kembali ke Laptop. Kubaca penjelasan singkat yang berada
disampul belakang buku. Karena tak mungkin kubaca semua lembar demi lembar buku
tersebut dan aku juga tidak berniat membelinya akhirnya kubaca secara tidak
berurutan dan kucari point-point penting yang ada dalam buku.
Secara garis besar, buku tersebut memberikan
sebuah trik memanage hutang dengan semaksimal mungkin hingga bisa menjadikan
hutang sebagai modal membangun bisnis secara cerdas. Dikisahkan ada seorang
laki-laki bersama isterinya yang hidup dalam lilitan hutang yang tak kunjung
habis, malah semakin besar dengan bunga-bunga yang tinggi. Setelah berembuk
dengan isterinya, ia memberanikan diri berhutang pada bank. Setelah beberapa
lama, akhirnya ia mulai kesulitan membayar cicilan hutangnya. Maka diputuskan
untuk menjual rukonya dan segera melunasi hutangnya pada bank. Disaat itulah ia
bertemu dengan seseorang yang sudah sukses yang justru menganjurkan ia untuk
jangan melunasi hutangnya seketika dan menghimbau untuk menambah jumlah
hutangnya pada bank.
Tentu saja hal itu membuat si lelaki dan isterinya
bertambah pusing. Setelah beberapa hari berpikir, sang istri mengatakan sesuatu
pada si suami, “ayo berhutang lagi pada bank dalam jumlah yang lebih besar”. Si
suami tambah tidak mengerti dengan jalan pikiran sang istri. Bagaimana mungkin
dengan hutang yang ada saja mereka sudah kesulitan, tapi malah mau berhutang
dalam jumlah yang lebih besar. Kemudian sang istri mengatakan, “jika yang
menganjurkan itu adalah orang yang sudah sukses maka kita harus berpikir
sebagaimana cara dia (orang sukses) berpikir.” Disinilah buku itu memberikan motivasi
dalam memanage hutang sehingga hutang tersebut tidak menjadikan kita jatuh ke
jurang kehinaan tapi malah bisa mengangkat kita hingga akhirnya kita mampu
membantu orang lain yang dalam kesusahan.
Maksud dari tulisan ini bukanlah promosi untuk
melariskan buku tersebut. Disisi lain, sebenarnya ada banyak hal dalam buku
tersebut yang aku sendiri tidak menyetujuinya. Every book has its own
market, right? Sebagai catatan, anda boleh mempraktekkannya, hanya jika
anda yakin bisa mengembangkan uang tersebut. Bukan asal Ngutang. Disisi
lain, bicara lebih jauh mengenai hutang, rasanya tidak ada hal di zaman
sekarang ini yang terlepas dari yang namanya hutang. Mungkin hanya redaksinya
saja yang berbeda, seperti; angsuran, kredit, pinjaman dan sebagainya. Walaupun
sebenarnya system atau kesepakatannya juga berbeda.
Jika anda adalah orang yang free, orang
yang bersih dari hutang maka jangan sekali-kali berhutang tanpa pikir panjang.
Seperti halnya maksiat yang selalu melahirkan maksiat, kebohongan yang selalu
melahirkan kebohongan, jika kita tidak bisa menahan diri, maka hutang akan
selalu melahirkan hutang yang lain. Gali lubang tutup lubang. Mungkin istilah
tersebut cocok untuk menggambarkan keadaan ini. Tapi jika anda adalah orang
yang “terlanjur” punya hutang, maka jangan menganggap hutang ini sebagai beban.
Lho kok? Yup, jadikanlah hutang ini sebagai riyadhoh untuk selalu
mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa. Kata Ustadz Yusuf Mansur, jika kita
punya hutang maka kita akan selalu ingat kepada-Nya. Kita akan selalu
memanjatkan do’a pada-Nya : a’udzubika
min ghalabatiddaini wa qahrirrijaal. Alaisa kadzaalik ?
Bagiku, hutang –dalam perspektif apapun– membuat
kita hina disiang hari dan melarat di malam hari. Walaupun dalam
kenyataannya, aku sendiri pernah berhubungan dengan hal yang complicated
tersebut. Namun, bagaimanapun juga, semoga Allah membantu kita melunasi
hutang-hutang kita sebelum Ia mengambil nyawa kita. Karena hutang akan selalu
dipertanyakan, bahkan sampai di akhirat kelak. Karena hal itu menyangkut hak
saudara muslim kita. Jadi, inti dari the secret of Ngutang –at least, in my opinion– adalah membuat kita sadar dan
selalu ingat bahwa Allah selalu melindungi hak milik seorang muslim, Ia selalu
melindungi hak-hak hambanya. Baik itu darah (qishas), kehormatan (syarat
taubat), harta (hutang) dan sebagainya. Kata siapa Allah hanya melindungi hak
orang lain, Ia juga selalu melindungi hak milik kita. Afalaa tatafakkaruun?
Terimakasih teman-teman, semoga bermanfaat.
(Al-Hasyimie)
*gambar dari
google
0 komentar :
Post a Comment