a Page of Dhikr
Home » ; Our Otak

Our Otak

Written By Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimie on 12 July 2010 | July 12, 2010


"Ya, adik kan pake otak kiri, kalau aku kan pake otak kanan", ucap salah seorang keponakanku ketika mendapat pertanyaan dari ayahnya, dan ternyata, adiknya lah yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat. Aku sempat terkejut mendengar bantahan atau jawaban pembelaan dari keponakanku itu pada ayahnya. "Sama aja, berarti adik lebih pandai dari mas ya...", ucap ayahnya sambil melakukan TOS (memukulkan dua telapak tangan secara bersamaan) dengan sang adik.

Keponakanku yang agak besar ini "nyengir" dan melakukan pembelaan lagi. "Ya beda yah, kalau aku kan sukanya berimajinasi", bantahnya. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya dan berpikir, apakah di Sekolah Dasar sekarang sudah diajarkan pembagian otak "kanan" dan "kiri" seperti yang diperdebatkan para ahli beberapa masa yang lalu.

Mendengar ucapan keponakanku ini, aku jadi teringat dengan apa yang disampaikan oleh founder penulislepas.com dan penulis buku M-BIG (Menerbitkan Buku Itu Gampang), Jonru, ketika melakukan pelatihan penulisan di Surabaya. Bahwa belahan otak sebelah kiri lebih memperhatikan logika, urutan, kata-kata dan analisis. Sedangkan belahan otak sebelah kanan lebih peduli terhadap sintesa, ekspresi emosional, konteks dan keseluruhan perspektif.

Contoh sederhana yang diberikan saat itu adalah ketika kita berada di Mall dan melihat berbagai jenis barang yang unik, maka kita akan mempunyai keinginan untuk membelinya. Pada saat itulah otak kanan kita bekerja "mengekspresikan" emosional kita. Dan pada saat yang hampir bersamaan, otak kiri kita akan melakukan "analisis". Apakah uang yang kita punya cukup? Apakah barang yang unik tersebut bermanfaat bagi kita sekarang, mengingat banyak keperluan yang lain? Apakah kualitasnya sebanding dengan harganya? Atau jangan-jangan ada barang yang sama bagusnya tapi harganya lebih murah? dan sebagainya.

Mungkin, itulah yang dipahami keponakanku. Bahwa adiknya adalah pengguna otak kiri, jadi dia lebih teliti, lebih rasional dan logis daripada dirinya yang merupakan pengguna otak kanan yang lebih menyukai sesuatu yang tidak linear dan naluriah. Dalam bahasa yang mudah dipahami: belahan sisi kanan adalah "gambar", dan belahan sisi kiri adalah "ribuan kata-kata".

Diluar koridor cerita mengenai keponakanku tadi, secara alamiah, tampaknya manusia memang lebih cenderung melihat kehidupan dalam pasangan-pasangan yang saling berlawanan. Timur versus Barat. Logika versus Emosi. Kiri versus Kanan, dan sebagainya. Tetapi dalam beberapa dan bahkan dalam banyak hal, kita tidak harus memilih sisi-sisi tersebut secara berlawanan, bahkan kadang berbahaya jika kita hanya bergantung pada salah satu sisi. Misalnya, logika tanpa emosi adalah suatu keberadaan yang tidak berarti. sebaliknya, Emosi tanpa logika adalah dunia histeris yang menyedihkan. Dan pada akhirnya, Yin akan selalu membutuhkan Yang.

Hal ini pula berlaku pada otak kita. Dua sisinya adalah seperti dua sisi mata uang, atau dua sisinya bekerja dalam sebuah konser. Dua bagian dalam sebuah orkestra atau pentas, yang kedengarannya akan lucu dan bahkan mengerikan jika salah satu pihak tiba-tiba mengemasi intrumennya dan pergi begitu saja. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mc Manus yang dinukil dari "Misteri Otak Kanan Manusia":

"Betapapun menggodanya berbicara tentang belahan otak kanan dan kiri secara terpisah, mereka pada dasarnya adalah dua belahan otak yang dirancang untuk bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan yang lembut, tunggal dan terpadu dalam satu otak yang utuh. Belahan otak sebelah kiri mengetahui bagaimana menghadapi logika dan belahan sebelah kanan mengetahui tentang dunia. Gabungkanlah keduanya dan seseorang akan mendapatkan satu mesin pemikiran yang dahsyat. Gunakan salah satunya secara terpisah dan hasilnya boleh jadi akan aneh atau absurd" (MOKM: 44)

Belahan otak sebelah kiri manusia bertugas mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Dan bagian belahan otak sebelah kanan bertugas mengontrol bagian tubuh sebelah kiri. Itulah mengapa, stuk pada bagian kiri otak seseorang akan membuat orang tersebut sulit untuk menggerakkan bagian kanan tubuhnya, begitu pula sebaliknya.

Disisi lain, belahan otak sebelah kiri bersifat berurutan, sedangkan sebelah kanan bersifat simultan. Belahan sebelah kiri mengkhususkan pada teks, sedangkan sebelah kanan memfokuskan pada konteks. Belahan otak sebelah kiri menganalisis rincian-rincian dan belahan kanan mensintesiskan keseluruhan perspektif mengenai sesuatu. Dengan kata lain, menuju suatu kehidupan yang sehat, bahagia dan sukses. Bergantung pada "kerjasama" dua belahan otak kita tersebut, tanpa menafikan salah satunya.


Share

Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimie

Berasal dari kota kecil nan indah di lereng gunung Lawu, Magetan. Bisa dihubungi melalui email: ahmad.elmagetany@gmail.com

0 komentar :

Post a Comment