a Page of Dhikr
Home » ; Makhluk yang "Terhingga"

Makhluk yang "Terhingga"

Written By Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimie on 12 July 2010 | July 12, 2010


Beberapa hari di rumah tanpa ada teman berbincang membuatku sedikit bosan. Akhirnya, ku buka almari buku disudut ruangan yang sudah lama tak tersentuh. Satu persatu buku ku lihat hingga ku temukan sebuah majalah tak bersampul karena dimakan usia, sebuah majalah terbitan tahun 1991, Al Muslimun. Entah siapa yang membawa majalah tersebut, mungkin saudaraku, pikirku. Ku buka lembar demi lembar majalah itu, bermacam-macam artikel tentang Islam terlihat disana. Seperti kesadaran berislam, potret lembaga pendidikan Islam yang ideal, peranan ibadah dalam pembentukan kepribadian Islam, hingga pembahasan mengenai fiqh-lughah, dan sebagainya.

Hingga akhir halaman majalah, aku tertarik dengan sebuah pembahasan mengenai “DEMONISME” dalam konsepsi agama Kristen. Artikel yang ditulis oleh Sdr. Irawan yang judul lengkapnya “Malaikat, Iblis dan Manusia Pertama dalam konsepsi Agama Kristen ; Suatu Pandangan Elenktis” tersebut ditulis dengan sangat “apik” dan menghabiskan hampir 12 halaman majalah. Dari semua point pembahasan, perhatianku tertuju pada sebuah cerita tentang “Iblis” yang ternyata adalah seorang (mantan) pemimpin tertinggi malaikat-malaikatNya dan mempunyai keistimewaan serta hanya berada satu derajat (tingkat) dibawah Allah Tritunggal.

Adalah Lucifer, seorang makhluk yang di ciptakan Allah untuk mengepalai seluruh malaikatNya yang juga diangkat dari golongan malaikat. Lucifer artinya cemerlang, yang bercahaya, bintang timur, pembawa terang, inti terang atau penerang jalan. Lucifer dikenal sebagai makhluk yang cemerlang rohaninya, pemikirannya, hikmatnya dan juga kuasanya. Berbeda dari malaikat-malaikat yang lain, Lucifer juga diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang mempunyai “Free Will” (kebebasan berkehendak) yang berarti ia dapat memilih antara kehendak Allah dan kehendaknya sendiri atau antara melayani dan memberontak terhadap Allah.

Lucifer juga dipercaya untuk menjaga “tahta” Allah di surga ketiga yang tertinggi yang merupakan tempat paling suci dalam semesta alam. Disamping itu ia juga dipercaya untuk menjaga “pribadi” Allah.

Melihat kepercayaan Allah yang sangat tinggi kepada Lucifer, dapatlah dibayangkan betapa hebat dan pentingnya kedudukan Lucifer dalam rencana penciptaan Allah. Namun, agak sukar dimengerti kalau pada akhirnya Lucifer yang begitu banyak dikaruniai nikmat dan tiada cela dalam tingkah lakunya akan berbuat suatu kejahatan yang teramat keji berupa dosa yang tidak diampuni Allah.

Dosa Lucifer adalah keinginan untuk mengikuti kehendaknya sendiri, yaitu kehendak untuk mencapai hal-hal yang lebih tinggi lagi. Bahkan ia ingin menyamai dan menyaingi ketinggian Allah, Lucifer ingin mengganti “tahta” Allah dan hendak menjadi Yang Maha Tinggi.

Secara singkat, pemberontakan Lucifer terhadap Allah sebenarnya adalah karena ia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, yang tiada cela, yang kedudukannya TIADA TERHINGGA, bahkan hanya setingkat dibawah Allah Tritunggal. Karunia hebat yang diterima Lucifer ternyata tiada memberi kepuasan padanya.
Pemberontakan Lucifer terjadi jauh sebelum zaman Adam dan Hawa bahkan sebelum bumi diciptakan. Sejak saat itu Lucifer yang tadinya merupakan makhluk pilihan Allah kini menjadi Iblis yang menjadi musuh Allah.

Bersamaan dengan peristiwa jatuhnya Iblis, para malaikat yang semula adalah bawahan Lucifer, ikut serta bersamanya. Jumlah mereka diperkirakan sepertiga dari jumlah malaikat seluruhnya. Malaikat yang turut serta dalam pemberontakan Lucifer kelak akan menjadi setan-setan, jin-jin dan roh-roh jahat (penguasa kegelapan) yang semuanya menyokong dan bekerja untuk Iblis.

Membaca artikel ini, aku jadi teringat dengan sebuah movie hollywoodConstantine” yang diperankan oleh aktor muda Keanu Rieves (aktor “Neo” The Matrix), yang saat itu ketika Constantine terbunuh, ada seorang malaikat yang bernama “Luc” (Lucifer) yang akan mengambil arwahnya. Namun disaat yang bersamaan Tuhan datang untuk mengambil arwah Constantine juga, hingga terjadilah tarik menarik arwah Constantine antara Tuhan dan Lucifer, karena marah Lucifer kemudian mengatakan kepada Tuhan: “Ia (Constantine) adalah Milikku”. Pada saat itu, Lucifer “berperan” sebagai pemimpin malaikatNya, betapa tinggi kuasanya hingga dia berani “bertengkar” dengan Tuhan. Hehe jadi bingung. Yah, itu hanyalah sebuah movie. Dalam hal ini sutradaranya-lah yang berlagak sebagai “Tuhan”.

Mari sedikit kita komentari. Al-quran sangat jelas menggambarkan bahwa Iblis adalah makhluk pembangkang dan merupakan tandingan manusia bukan tandingan Allah. Karena Allah berada diluar jangkauannya. Manusialah yang menjadi tujuan Iblis dan yang dapat menaklukkan atau ditaklukkannya. Jadi secara metafisis Iblis tidak sederajat dengan Allah. Itulah sebabnya, Al-quran banyak menyuruh manusia agar berjuang melawan Iblis, musuh yang nyata.

Dalam Islam, kemunculan Iblis tidak bermula dari keterlupaan Iblis akan eksistensinya, tapi justru berawal dari ketika Allah menciptakan makhlukNya dari golongan manusia yang bernama Adam. Sebelum Adam diciptakan, di Surga terdapat makhluk dari jenis malaikat dan jin. Kedua makhluk itu tiada berbeda kepatuhannya kepada Allah. Namun, ketika Adam diciptakan dan Allah menyuruh mereka untuk bersujud padanya, hanya malaikatlah yang mau bersujud, sedangkan Iblis (yang termasuk golongan jin) enggan melakukannya karena ia sombong dan akhirnya putus asa.

Iblis sombong karena ia merasa lebih dahulu ada, lagipula iblis merasa bahwa bahan penciptaannya yang dari api lebih mulia daripada bahan penciptaan Adam yang dari tanah. Alasan Iblis ini nampak lebih dapat diterima dari pada alasan Iblis yang ingin menggantikan “tahta” Allah seperti yang diyakini dalam agama Kristen. Sedang keputusasaan Iblis disebabkan karena ia diusir dan dilaknat Allah yang membuat ia bertekad akan memperdaya manusia hingga hari kiamat. Hal ini memang diizinkan oleh Allah (lihat QS. 15: 32-40 , 7: 17). Jadi jelas dalam agama Islam bahwa “JARAK” antar Khaliq dan Makhluk sangat jauh sekali. Hal ini mungkin lebih disadari oleh makhluk Allah bernama Iblis dalam agama Islam dibanding dengan Lucifer (yang kelak juga disebut Iblis) dalam agama Kristen.

Tulisan ini tidak bermaksud membanding-bandingkan kepercayaan kita dengan umat lain, atau untuk maksud-maksud yang lain pula, tapi hanya sebagai upaya untuk lebih memantapkan keimanan dan keislaman kita. Dan untuk yang terakhir dari tulisan ini, perbedaan antara Allah dan MakhlukNya adalah, jika Allah tak terhingga dan mutlak maka makhlukNya adalah sebaliknya. Setiap makhluk mempunyai potensi-potensi tertentu. Baik malaikat, jin maupun manusia mempunyai potensi yang berbeda. Tetapi betapapun banyaknya potensi-potensi tersebut ia tetap tidak dapat membuat yang TERHINGGA melampaui keterhinggaannya sehingga menjadi TAK TERHINGGA.


Share

Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimie

Berasal dari kota kecil nan indah di lereng gunung Lawu, Magetan. Bisa dihubungi melalui email: ahmad.elmagetany@gmail.com

0 komentar :

Post a Comment