a Page of Dhikr
Home » ; Sepenggal cerita dari Gunung Bromo

Sepenggal cerita dari Gunung Bromo

Written By Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimi on 28 March 2012 | March 28, 2012



















“Bromo tak seindah dulu”, kata beberapa wisatawan yang sudah kesekian kalinya datang ke taman wisata Gunung Bromo. Namun bagiku, karena ini adalah kali pertama menginjakkan kaki di tanah Bromo tentu terasa lain dan tetap menakjubkan. Pasca erupsi, batuk-batuk dan mengeluarkan material yang menutupi hampir sebagian besar wilayah wisata, kawasan wisata gunung Bromo memang belum direnovasi, namun pemandangannya tetaplah eksotis dan menjadi tantangan tersendiri bagi para backpacker.

Perjalanan dimulai.....

Seperti biasa, sekolah kami selalu mengadakan Parent Teacher Conference (PTC) di akhir term untuk membahas beberapa agenda terutama yang menyangkut anak didik. Tapi PTC ketiga tahun ajaran 2011/2012 yang diadakan sabtu 17/3 kemaren terasa berbeda karena pada hari yang sama diadakan “Science Day”, sebuah kegiatan bertema science dengan anak-anak primary 2 (kelas 2) sebagai presenter bagi setiap corner dengan topik yang berbeda.

Singkat cerita, di akhir science day ini keputusan mendadak dengan menimbang beberapa hal untuk berangkat ke taman wisata gunung bromo telah diputuskan. Al-hasil kami meluncur ke Bromo dari Magetan pada pukul 16.00 WIB. Track Madiun-Nganjuk-Jombang-Mojokerto-Mojosari-Tongas-Probolinggo pun kami pilih. Dengan beberapa kali istirahat untuk ISHOMA (Istirahat–Sholat–Makan) akhirnya kami sampai di Parkir Taman wisata Bromo (Samping Hotel Bromo Permai) pada pukul 23.00 WIB.

Angin malam di Bromo ternyata lebih kencang daripada di Cemorosewu - Magetan, hal ini tentu saja diluar perkiraan kami. Tapi kejadian seperti ini tidaklah terjadi setiap malam, hanya kebetulan kami pada posisi the right place in the wrong situation, hehehe.

Setelah tiba disana dan membayar tiket masuk serta memastikan menyewa jeep untuk perjalanan pagi menyusuri wisata bromo, kami istirahat di kendaraan. Oya, sekedar mengingatkan, pastikan anda membawa jaket, sarung tangan dan kaos kaki sebelum berangkat, hanya untuk berjaga-jaga jika cuaca tidak seperti yang kita harapkan. Taman wisata gunung Bromo bisa menjadi sangat dingin antara bulan juli-agustus-september. Tapi jika anda berangkat tanpa persiapan dan tidak sempat menyiapkan, jangan khawatir, di area Bromo banyak penjual Syal, kaos kaki, sarung tangan, penutup kepala dan sebagainya, tapi tentu saja anda harus merogoh kocek lagi dan siap-siap melakukan tawar menawar dengan para penjualnya.

Jika anda melakukan tawar menawar, gunakan bahasa lugas dan jelas serta bersahabat –tapi sopan- dengan sedikit guyonan, aggap saja mereka sahabat anda itu adalah ciri khas orang timur-an, jangan terlalu formal dan kaku seolah-olah anda “benar-benar” dari luar kota. (emang benar ya.... :P), anything can be discussed.... (slogan para petinggi kita di pemerintahan).

Semua wisatawan maupun backpacker harus membayar “tiket masuk” Bromo sebesar Rp. 7000,- di gerbang utama pintu masuk wisata. Selain itu, bagi para wisatawan yang ingin menyewa Jeep sebagai kendaraan wisata di bandrol biaya sebesar 350.000 / 6 orang. Karena kendaraan ini bersifat paket, peserta dibawah 6 orang-pun tetap diberi harga yang sama, jadi kalau mau ke bromo dengan hanya 2 atau 3 orang lebih baik naik motor saja, lebih irit JJ. Track yang menjadi jalur paket jeep ini adalah : Penanjakan 1/Penanjakan 2 – Gurun Pasir - singa duduk - pasir berisik dan wisata “Kawah gunung bromo”, tapi tentu saja jeep tidak sampai ke kawahnya, anda perlu jalan kaki mulai dari tempat parkir menuju kawah. Ada satu lagi tempat yang tidak termasuk dalam track jeep-tour, yaitu padang savana, sebuah padang rumput luas dengan pegunungan yang berkelok akan membuat anda takjub. Jika anda ingin mendatangi tempat ini dengan jeep, anda akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 125.000,- , tapi lagi-lagi anything can be discussed....right?

Penanjakan Satu dan Penanjakan Dua

Perjalanan dimulai pukul 04.00 WIB dari tempat parkir menuju tempat pertama, Penanjakan Satu. Banyak harapan saya untuk bisa mengunjungi tempat-tempat yang amazing pada pengalaman pertama ini. Tapi,....sayang sekali, perjalanan kami kali ini tidak bisa merasakan dan melihat sunrise dari penanjakan satu dikarenakan longsor setelah dua malam sebelumnya hujan lebat melanda daerah ini (maaf tidak bisa bercerita lebih). Penanjakan Dua menjadi target utama sebagai tempat wisatawan dan backpackers menyaksikan sunrise.


Lagi-lagi the right place in the wrong situation menjadi nyata setelah kabut tebal menyelimuti pegunungan dan menghalangi jarak pandang kami hingga pukul 06.00 WIB. Al hasil kami hanya bisa berfoto ria (kasihan dech kita-kita...) tanpa bisa menyaksikan sang surya bangun dari tidurnya, hee. Semuanya menjadi “untung-untungan” disini, kita tidak bisa memastikan bagaimana cuaca yang ada. Wallahu a’lam.


Kami dan para wisatawan yang lain memutuskan untuk turun. Ditengah perjalanan tiba-tiba kabut memudar walaupun matahari masih belum terlihat jelas, pemandangan yang menakjubkan mulai terlihat, terutama bagi kami-kami yang baru pertama kali disini.


Gurun pasir dan gunung Bromo serta gunung batok mulai terlihat jelas dari atas. Amazing....Subhanallah...


Gurun Pasir

Entah berapa luas padang pasir taman wisata bromo ini, sejauh mata memandang yang terlihat adalah pasir. Walaupun kita bisa melihat batas pasir ini dari atas, namun perjalanan terasa sangan jauh ketika kita menerjangnya. Hamparan pasir ini adalah muntahan dari perut Gunung bromo beberapa waktu lalu. Patok-patok pembatas yang dulunya tinggi, kini hanya terlihat sebagian atau bahkan ada yang tenggelam oleh pasir.


Ketika anda di gurun ini, hati-hati dengan badai pasir-nya, hemm...terlalu berlebihan kalau dibilang badai ya? Pada waktu tertentu angin menyapu pasir-pasir kering dengan kecepatan tinggi menuju ke arah anda, bersiaplah untuk memalingkan muka pada saat tersebut. Badai angin ini lebih sering terjadi ketika musim kemarau, karena pasir gurun dalam kondisi kering.


Padang rumput (Savana)


Jika anda pernah sekilas menyaksikan program anak-anak Teletubies, pastilah anda akan menyaksikan padang savana ini seperti rumah-rumah mereka.


Selain hamparan ilalang yang tingginya hampir sepadan dengan orang dewasa, keindahan gunung yang mengitari juga membuat wisatawan berdecak kagum.


Terlebih lagi jika angin kencang sedang bertiup, pemandangan rumput bak lautan-pun dapat anda saksikan.


Singa Duduk


Tidak sama persis dengan pikiran kami ketika pemandu kami, bapak supir, mengatakan “singa duduk”. Kami, terutama saya, berharap hal yang lebih menakjubkan. Tapi ternyata, yang disebut singa duduk hanyalah bongkahan batu yang hampir mirip singa yang sedang duduk bila dilihat dari samping dan harus dari kejauhan. Jika anda mendekatinya, ia hanya akan terlihat seperti batu biasa.....(ada-ada saja).


Pasir Berisik


Pasir berisik adalah wilayah disekitar tebing yang ketika angin bertiup kencang, pasir-pasir disekitar tebing tersebut akan mengeluarkan suara sayup-sayup sebagaimana orang berbisik-bisik. Pasir berbisik ini akan lebih bisa anda nikmati ketika musim kemarau. Karena pada musim hujan pasir dalam keadaan basah, jadi tidak ada suara sedikitpun.


Kawah Gunung Bromo


Inilah kawasan wisata utama yang menjadi andalan wisata ini, kawah Bromo.

Berbeda dengan kondisi bromo beberapa waktu lalu sebelum erupsi, muntahan pasir dan material lainnya menutupi hampir seluruh wilayah ini.


Jalan yang berkelok mengikuti konstruksi pasir, tangga menuju ke kawah yang sudah terendam pasir dan juga pembatas kawah yang sudah tidak berbentuk lagi, dan sebagainya.


Tapi pemandang berbeda bisa kita lihat pada kawahnya yang terlihat lebih lebar dari sebelumnya.


The End of Journey.....


Matahari sudah mulai memperlihatkan diri. Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, saatnya bagi kami untuk kembali, mengejar waktu agar tidak kemalaman di kota sendiri. Oya, satu hal lagi, bila teman-teman ingin menyewa jeep dengan biaya lebih miring, cukup dengan Rp. 250.000, kalian bisa langsung menghubungi bapak supir jeep tersebut tanpa melalui calo di nomor : 08523410**** (hee, bisa minta ke ana saja, menjaga privasi bapak supirnya ^ ^).



Share

Khoirul Anam Ahmad al-Hasyimi

Berasal dari kota kecil nan indah di lereng gunung Lawu, Magetan. Bisa dihubungi melalui email: ahmad.elmagetany@gmail.com

0 komentar :

Post a Comment